ORGANISASI PASKIBRA
Salam Paskibra!!!
Siapa sih yang tidak tahu dan tidak kenal namanya organisasi yang satu ini! Organisasi yang mengajarkan kita DIsiplin, Tanggung Jawab serta Solidaritas yang tinggi terhadap teman. Sebuah organisasi yang menumbuhkan rasa semangat nasionalisme yang didirikan oleh Bapak Mayor ( L ) Husein Mutahar. Sebuah organisasi yang ide dasarnya berawal sejak negara tercinta kita ini merdeka hingga saat ini organisasi PASKIBRA menjadi berkembang pesat seiring perkembangan zamannya.
Maka dari itu sudah sepatutnya kita juga mencintai organisasi PASKIBRA ini sebagai pembangkit rasa nasionalisme kita terhadap negeri kita ini. Pada perkembangannya hingga masuk pada tahun 2016 ini organisasi PASKIBRA banyak yang sudah masuk kedalam tingkatan pendidikan mulai dari tingkat SMA/SMK, SMP/MTS, bahkan pada tingkat SD/MI, kalo TK kayanya belum mungkin juga yah…
Sadar tidak sadar sehari-harinya dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan baris-berbaris yang ada didalam PASKIBRA mulai dari tingkat dasar sampai tingkat atas, bahkan sejak sekolah dasar yaitu kira-kira kelas 1 SD kita sudah mulai mengenalnya walaupun belum terjun penuh didalamnya, apapun itu dan siapapun itu. Tapi tidak memungkinkan juga dari para generasi muda di negeri ini banyak yang tidak menyukai organisasi PASKIBRA, mungkin belum tahu atau tidak ingin tahu kembali lagi ke orang tersebut. Padahal menurut saya organisasi ini adalah organisasi yang bagus yang dapat mengingatkan kita, bahwa siapa kita ? dan darimana kita berasal ? apapun itu alasannya semua kembali kepada diri pribadi orang itu masing-masing.
Nih saya juga kebetulan seorang yang aktif di PASKIBRA sejak duduk dibangku SMP, SMK hingga saat ini, Alhamdulillah saya sudah cukup berhasil membawa nama baik PASKIBRA ya minimal nama instansi yang pernah saya bawa dan mengharumkannya. Dibawah ini juga akan saya sertakan link videonya untuk teman-teman semua yang mungkin ingin tahu atau hanya sekedar melihat-lihat saja. Yang saya sertakan disini adalah untuk PASKIBRA tingkat SMP.
Video 1
Video 2
Video 3
Walau bagaimanapun saya hanya manusia biasa yang tidak luput dari salah serta dosa juga khilaf, mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya jikalau saya melakukan salah entah itu disengaja ataupun tidak.
Lebih kurangnya saya mohon maaf, ikuti terus dan tunggu up date berikutnya…
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
dikumandangkan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, jam 10.00 pagi, di
Jln. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Setelah pernyataan kemerdekaan
Indonesia, untuk pertama kali secara resmi, bendera kebangsaan merah
putih dikibarkan oleh dua orang muda-mudi yang dipimpin oleh Bapak Latief
Hendraningrat. Bendera inidijahit tangan oleh Ibu Fatmawati
Soekarno. Bendera inilah yang kemudian disebut "Bendera
Pusaka". Bendera Pusaka berkibar siang dan malam di tengah hujan
tembakan, sampai Ibukota Republik Indonesia dipindah ke Yogyakarta. Pada
tanggal 4 Januari 1946, aksi teror yang dilakukan Belanda semakin
meningkat maka Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia
meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta dengan menggunakan kereta
api. Bendera Pusaka dibawa ke Yogyakarta dan dimasukkan dalam kopor
pribadi Presiden Soekarno. Selanjutnya, Ibukota Republik Indonesia
dipindakan ke Yogyakarta.
Tanggal 19 Desember 1948, Belanda
melancarkan, agresinya yang ke dua. Pada saat Istana Presiden, Gedung Agung
Yogyakarta dikepung oleh Belanda, Bapak Husein Mutahar dipanggil oieh Presiden
Soekarno dan ditugaskan untuk menyelamatkan Bendera Pusaka. Penyelamatan
Bendera Pusaka ini merupakan salah satu bagian dari sejarah untuk menegakkan
berkibarnya Sang Merah Putih di persada bumi Indonesia. Untuk menyelamatkan
Bendera Pusaka itu. Agar dapat diselamatkan, Bapak Husein Mutahar terpaksa
harus memisahkan antara bagian merah dan putihnya.
Pada saat penyelamatan Bendera Pusaka, terjadi percakapan
antara Presiden Soekarno dan Bapak Husein Mutahar. Percakapan tersebut dapat
dilihat dalam buku "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat" karangan
Cindy Adams. Berikut petikannya: `Tindakanku yang terakhir adalah memanggil
Mutahar ke kamarku (Presiden Soekarno, pen.). "Apa yang terjadi terhadap
diriku, aku sendiri tidak tahu", kataku ringkas. "Dengan ini, aku
memberikan tugas kepadamu pribadi.
Dengan ini, memberikan tugas kepadamu untuk menjaga Bendera
kita dengan nyawamu, ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Di satu waktu, jika
Tuhan mengizinkannya engkau mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada
siapa pun kecuali kepada orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek.
Andaikata engkau gugur dalam menyelamatkan Bendera Pusaka ini, percayakanlah
tugasmu kepada orang lain dan dia harus menyerahkannya ke tanganku sendiri
sebagaimana engkau mengerjakannya." Mutahar terdiam. Ia memejamkan matanya
dan berdoa. Di sekeliling kami, born berjatuhan. Tentara Belanda terus mengalir
melalui setiap jalanan kota. Tanggung jawabnya sungguh be rat. Akhirnya, is
memecahkan kesulitan ini dengan mencabut benang jahitan yang memisahkan kedua
belahan bendera itu.
Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna Dinata, benang jahitan di
antara Bendera Pusaka yang telah dijahit tangan oleh Ibu Fatmawati berhasil
dipisahkan. Setelah bendera menjadi dua, masing-masing bagiannya itu, merah dan
putih, dimasukkan pada dasar dua tas milik Bapak Husein Mutahar, Selanjutnya
pada kedua tas tersebut, dimasukkan seluruh pakaian dan kelengkapan miliknya.
Bendera Pusaka dipisah menjadi dua karena Bapak Mutahar berpikir bahwa apabila
Bendera Pusaka merah putih dipisahkan, tidak dapat disebut Bendera, karena
hanya berupa dua carikkain merah dan putih. Hal ini untuk menghindari penyitaan
dari pihak Belanda.
Setelah Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta
ditangkap dan diasingkan, kemudian Bapak Husein Mutahar dan beberapa staf
kepresidenan ditangkap dan diangkut dengan pesawat dakota. Ternyata, mereka
dibawa ke Semarang dan ditahan di sana. Pada saat menjadi tahanan kota, Bapak
Husein Mutahar berhasil melarikan diri dengan naik kapal laut menuju Jakarta.
Di Jakarta, beliau menginap di rumah Sutan Syahrir
Selanjutnya, beliau kost di Jln. Pegangsaan Timur No. 43, di rumah Bapak R.
Said Sukanto Tjokrodiatmodjo (Kapolri I). Selama di Jakarta, Bapak Husein
Mutahar selalu mencari informasi bagaimana caranya agar dapat segera
menyerahkan Bendera Pusaka kepada Presiden Soekarno.
Sekitar pertengahan bulan Juni 1948, pada
pagi hari, Bapak Husein Mutahar menerima pemberitahuan dari Bapak Soedjono yang
tinggal di Oranye Boulevard (sekarang J1n. Diponegoro) Jakarta. Isi
pemberitahuan itu adalah bahwa ada surat pribadi dari Presiden Soekarno yang
ditujukan kepada Bapak Husein Mutahar. Pada sore harinya, surat itu diambil
oleh beliau dan ternyata memang benar berasal dari Presiden Soekarno pribadi
yang pokok isinya adalah perintah Presiden Soekarno kepada Bapak Husein Mutahar
supaya menyerahkan Bendera Pusaka yang dibawanya kepada Bapak Soedjono agar
Bendera Pusaka tersebut dapat dibawa dan diserahkan kepada Presiden Soekarno di
Bangka (Muntok).
Presiden Soekarno tidak memerintahkan Bapak Husen. Mutahar
datang ke Bangka untuk menyerahkan sendiri Bendera Pusaka itu langsung kepada
Presiden Soekarno tetapi menggunakan Bapak Soedjono sebagai perantara.
Tujuannya adalah untuk menjaga kerahasiaan perjalanan Bendera Pusaka dari
Jakarta ke Bangka. Alasannya, orang-orang Republik Indonesia dari Jakarta yang
diperbolehkan mengunjungi tempat pengasingan Presiden Soekarno pada waktu itu
hanyalah warga-warga Delegasi Republik Indonesia, antara lain, Bapak Soedjono,
sedangkan Bapak Husein Mutahar bukan sebagai warga Delegasi Republik Indonesia.
Setelah mengetahui tanggal keberangkatan Bapak Soedjono, dengan
meminjam mesin jahit milik seorang Isteri Dokter, Bendera Pusaka yang terpisah
menjadi dua dijahit kembali oleh Bapak Husein Mutahar persis di lubang bekas
jahitan aslinya. Akan tetapi, sekitar 2 cm dari ujung bendera ada sedikit
kesalahan jahit. Selanjutnva, Bendera Pusaka ini dibungkus dengan kertas koran
dan diserahkan kepada Bapak Soedjono untuk diserahkan kepada Presiden Soekarno.
Hal ini sesuai dengan perjanjian Presiden Soekarno dengan Bapak Mutahar seperti
dijelaskan di atas. Dengan diserahkannya Bendera Pusaka kepada orang yang
diperintahkan Bung Karno, selesailah tugas penyelamatan Bendera Pusaka oleh
Bapak Husein Mutahar. Setelah berhasil menyelamatkan Bendera Pusaka, beliau
tidak lagi menangani masalah pengibaran Bendera Pusaka. Sebagai penghargaan
atas jasa menyelamatkan Bendera Pusaka yang dilakukan oleh Bapak Husein
Mutahar, Pemerintah Republik Indonesia telah menganugerah-kan Bintang
Mahaputera pada tahun 1961 yang disematkan sendiri oleh Presiden Soekarno.
PENGIBARAN
BENDERA MERAH PUTIH DI GEDUNG AGUNG YOGYAKARTA
Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-2
Kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden Soekarno memanggil salah seorang
ajudan beliau, yaitu Mayor (L) Husein Mutahar. Selanjutnya, Presiden Soekarno
memberi tugas kepada Mayor (L) Husein Mutahar untuk mempersiapkan dan memimpin
upacara peringatan Proldamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17
Agustus 1946, di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.
Bapak Husein Mutahar berpikir bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan
bangsa, pengibaran Bendera Pusaka sebaiknya dilakukan oleh para pemuda
se-Indonesia. Kemudian, beliau menunjuk 5 orang pemuda yang terdiri atas 3
orang putri dan 2 orang putra perwakilan daerah yang berada di Yogyakarta untuk
melaksanakan tugas. Lima orang tersebut merupakan simbol dari Pancasila. Salah
seorang dari pengibar bendera tersebut adalah Titik Dewi pelajar SMA yang
berasal dari Sumatera Barat dan tinggal di Yogyakarta.
Pengibaran Bendera Pusaka ini kemudian dilaksanakan lagi pada
peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus
1947 dan tangga 17 Agustus 1948 dengan petugas pengibar bendera tetap orang
dari perwakilan daerah lain yang ada di Yogyakarta.
Pada tanggal 6 Juli 1949, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden
Mohammad Hatta beserta beberapa pemimpin Republik Indonesia lainnya, tiba
kembali di Yogyakarta dari Bangka dengan membawa serta Bendera Pusaka. Pada
tanggal 17 Agustus 1949, Bendera Pusaka kembali dikibarkan pada upacara
peringatan detik-detik Proldamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di depan
Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta. Tanggal 27 Desember 1949, dilakukan
penandatanganan. naskah pengakuan kedaulatan di negeri Belanda dan penyerahan
kekuasaan di Jakarta. Sementara itu Di Yogyakarta, dilakukan penyerahan
kedaulatan dari Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat. Tanggal
28 Desember 1949, Presiden Soekarno kembali ke Jakarta untuk memangku jabatan
sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat.
Setelah empat tahun ditinggalkan, Jakarta kembali menjadi
Ibukota Republik Indonesia. Pada hari itu, Bendera Pusaka Sang Merah Putih
dibawa ke Jakarta. Untuk pertama kali, peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1950, diselenggarakan di Istana Merdeka
Jakarta. Bendera Pusaka Sang Merah Putih berkibar dengan megahnya di tiang 17 m
dan disambut dengan penuh kegembiraan oleh seluruh bangsa Indonesia.
Regu-regupengibar dari tahun 1950-1966 dibentuk dan diatur oleh Rumah Tangga
Kepresidenan.
BERDIRINYA
DIREKTORAT JENDERAL URUSAN PEMUDA DAN PRAMUKA (DITJEN UDAKA) DAN LATIHAN PANDU
INDONESIA BERPANCASILA
Pada saat memperingati ulang tahun ke-49,
tanggal 5 Agustus 1966, Bapak Husein Mutahar menerima "kado" dari
pemerintah: beliau diangkat menjadi Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan
Pramuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah berpindah-pindah
tempat/kantor kerja dari Stadion Utama Senayan (Gelora Bung Karno) ke bekas
Gedung Dep. PTIP di Jalan Pegangsaan Barat. Ditjen UDAKA akhirnya menempati
gedung bekas NAKERTRANS Jalan Merdeka Timur No.14. Suatu kegiatan yang diadakan
Ditjen UDAKA ada kaitannya dengan Paskibraka kelak adalah Latihan Pandu
Indonesia ber-Pancasila. Latihan ini sempat diujicobakan 2 kali pada tahun 1966
dan tahun 1967, kemudian dimasukkan kurikulum ujicoba Pasukan Pengerek Bendera
Pusaka tahun 1967 yang anggotanya terdiri atas para Pramuka Penegak dan Gugus
depan-Gugus depan di DKI Jakarta.
PERCOBAAN
PEMBENTUKAN PASUKAN PENGEREK BENDERA PUSAKA TAHUN 1967 DAN PASUKAN PERTAMA
TAHUN 1968
Tahun 1967, Bapak Husein Mutahar dipanggil
oleh Presiden Soeharto untuk menangani lagi masalah pengibaran Bendera Pusaka.
Dengan ide dasar dan pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, beliau kemudian
mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Kelompok 17-
PENGIRING/PEMANDU
2. Kelompok 8 -
PEMBAWA/INT1
3. Kelompok 45-
PENGAWAL
Ini merupakan simbol/gambaran dari tanggal Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia: 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu,
dengan situasi dan kondisi yang ada, beliau melibatkan putra daerah yang ada di
Jakarta dan menjadi anggota Pandu/ Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran
Bendera Pusaka. Semula, rencana beliau untukkelompokpengawal 45 akan terdiri
dari para mahasiswa AKABRI (generasi muda ABRI •sekarang TNI), tetapi libur
perkuliahan dan transportasi Magelang - Jakarta menjadi kendala, sehingga sulit
dilaksanakan. Usul lain untuk menggunakan anggota Pasukan Khusus ABRI (seperti
RPKAD, PGT, MARINIR. dan BRIMOB) juga tidak mudah. Akhirnya, kelompok pengawal
45 diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi dan
sekaligus mereka bertugas di istana, Jakarta.
Pada tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar Bendera Pusaka
adalah para pemuda utusan propinsi. Akan tetapi, propinsi - propinsi belum
seluruhnya mengirimkan utusan, sehingga masih harus ditambah oleh mantan
anggota pasukan tahun 1967. Tahun 1969 karena Bendera Pusaka kondisinya sudah
terlalu tua sehingga tidak mungkin lagi untuk dikibarkan, dibuatlah duplikat
Bendera Pusaka. Untuk dikibarkan di tiang 17 m Istana Merdeka, telah tersedia
bendera merah putih dan bahan bendera (wol) yang dijahit 3 potong memanjang
kain merah dan 3 potong memanjang kain putih kekuning-kuningan.
Bendera Merah Putih Duplikat Bendera Pusaka yang akan
dibagikan ke daerah terbuat dari sutra alam dan alat tenun asli Indonesia, yang
warna merah dan putih langsung ditenun menjadi satu tanpa dihubungkan dengan
jahitan dan warna merahnya cat celup asli Indonesia. Pembuatan Duplikat Bendera
Pusaka ini dilaksanakan oleh Balai Penelitian Tekstil Bandung dibantu PT Ratna
di Ciawi Bogor. Dalam praktik pembuatan Duplikat Bendera Pusaka, sukar untuk
memenuhi syarat yang ditentukan Bapak Husein Mutahar karena cat asli Indonesia
tidak memiliki warna merah bendera yang standar dan pembuatan dengan alat tenun
bukan mesin memerlukan waktu yang lama.
Tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta, berlangsung
upacara penyerahan Duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan Reproduksi Naskah
Proklamasi oleh Presidcn Soeharto kepada Gubernur seluruh Indonesia. Hal ini
dimaksudkan agar di seluruh Ibukota Propinsi dapat dikibarkan Duplikat Bendera
Pusaka dan diadakan pembacaan naskah Proklamasi bersamaan dengan upacara
peringatan Hari Proklamasi 17 Agustus di Istana Merdeka Jakarta. Selanjutnya,
Duplikat Bendera Pusaka dan Reproduksi Naskah Proklamasi juga diserahkan kepada
Kabupaten-Kota dan perwakilan-perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
Bendera duplikat (yang dibuat dari 6 carik kain) mulai
dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun
Proklamasi Kemerdekaan Republik indonesia, tanggal 17 Agustus 1969, sedangkan
Bendera Pusaka terlipat dalam kotak bertugas mengantar dan menjemput Bendera
Duplikat yang dikibarkan/diturunkan.
Pada tahun 1967 s.d. tahun 1972, anggota Pasukan Pengibar
Bendera adalah para remaja SMA setanah air Indonesia, yang merupakan utusan
dari 26 propinsi di Indonesia. Setiap propinsi, diwakili oleh sepasang remaja
yang, dinamakan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Pada tahun 1973, Bapak Idik
Sulaeman melontarkan suatu nama untuk anggota pengibar Bendera Pusaka dengan
sebutan Paskibraka. Pas berasal dari Pasukan, dan kib; berasal dari pengibar,
ra berasal dari bendera dan ka dari pusaka. Mulai saat itu, singkatan Pasukan
Pengibar Bendera Pusaka adalah Paskibraka.
Lambang
Lambang dari organisasi paskibraka adalah bunga teratai
- tiga helai daun yang tumbuh ke atas: artinya paskibra harus belajar, bekerja, dan berbakti
- tiga helai daun yang tumbuh mendatar/samping: artinya seorang pakibra harus aktif, disiplin, dan bergembira
No comments:
Post a Comment